">

Rabu, 18 Mei 2011

akuntansi aktiva tetap

AKUNTANSI AKTIVA TETAP


A.   KLASIFIKASI
Aktiva  tetap merupakan aktiva tidak lancar yang diperoleh untuk digunakan dalam operasi perusahaan yang memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta tidak untuk diperjualbelikan dalam operasi normal perusahaan.

B.   PENGELUARAN UNTUK AKTIVA TETAP
Pengeluaran untuk aktiva tidak lancar dapat dikelompokkan menjadi:
1.    Pengeluaran pada waktu perolehan;
2.    Pengeluaran seteleh aktiva tersebut diperoleh yang dapat dirinci menjadi:
(1)  Pengeluaran pendapatan yang lazim disebut revenue expenditure;
(2)  Pengeluaran modal yang lazim disebut capital  expenditure.

C.   PENCATATAN PEROLEHAN AKTIVA TETAP
Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain:
  1. Diperoleh dengan harga lumpsump (gabungan);
  2. Diperoleh dengan pembayaran berkala;
  3. Pembelian dengan cara leasing;
  4. Perolehan dengan trade-in
  5. Perolehan dengan menerbitkan surat berharga;
  6. Perolehan dari donasi; dan
  7. Dibangun sendiri.

D.  PEROLEHAN SEKELOMPOK AKTIVA DENGAN HARGA GABUNGAN/LUMPSUMP
Harga gabungan/lumpsump adalah suatu harga untuk beberapa aktiva. Sebagai contoh PT A membeli tanah, bangunan dan peralatan dengan harga Rp 160.000. Harga ini harus dialokasikan kepada 3 jenis harta tersebut dengan menggunakan perbandingan harga taksiran dari tanah, bangunan, dan peralatan. Misalnya harta yang dibeli tersebut memiliki harga taksiran tanah Rp 28.000, bangunan Rp 60.000, equipment Rp 12.000, alokasi harga Rp 160.000 tersebut adalah sebagai berikut:
Jenis harta
Nilai Taksiran (Rp)
Perhitungan Alokasi
Jumlah Alokasi (Rp)
Tanah
28.000
28/100 x 160.000
44.800
Bangunan
60.000
60/100 x 160.000
96.000
Peralatan
12.000
12/100 x 160.000
19.200
Jumlah
100.000

160.000

            Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi tersebut adalah:
Tgl.
Akun
Debet
Kredit
2006
Jan  1

Tanah
Bangunan
Peralatan
       Kas

44.800
96.000
19.200




160.000


E.    PEROLEHAN AKTIVA DENGAN PEMBAYARAN BERKALA
Jika statu harta tetap diperoleh dengan pembayaran secara angsuran, maka aktiva tersebut dicatat sebesar harga tunai aktiva tersebut bukan jumlah dari pembayaran angsuran dan downpaymentnya. Ada beberapa variasi yang mungkin timbul, seperti:
    1. Harga tunai diketahui;
b.    Harga tunai tidak diketahui.
Contoh: perusahaan pada tanggal 2 Januari 2006 membeli sebuah aktiva yang harga tunainya adalah Rp 100.000. Pada waktu itu dibayar uang muka Rp 35.000 sisanya akan dibayar dengan angsuran tengah tahunan sebesar Rp 5.000 ditambah bunga 10% dari hutang yang belum dibayar. Jurnal yang dibuat selama tahun 2006 adalah sebagai berikut:

Tgl.
Akun
Debet
Kredit
2006
Jan  2

Tanah
       Kas
       Hutang

100.000



35.000
65.000


Tgl.
Akun
Debet
Kredit
2006
Jun  30

Hutang
Biaya Bunga
       Kas

5.000
3.250




8.250

F.    PENGGUNAAN AKTIVA TETAP
Jika suatu aktiva tetap dapat digunakan lebih dari satu tahun maka aktiva tersebut bermanfaat untuk memperolah pendapatan selama umurnya. Untuk menghubungkan  biaya aktiva tetap dengan revenue yang diperoleh maka biaya tersebut dicatat dan dilaporkan sebagai beban pada tahun-tahun manfaatnya. Proses ini disebut depresiasi. Dengan demikian depresiasi adalah alokasi secara sistematis dan rasional atas biaya dari aktiva tetap ke tahun-tahun manfaatnya.
Jurnal yang dibuat untuk melakukan depresiasi setiap tahunnya adalah mendebet akun Beban Depresiasi dan mengkredit akun Akumulasi Penyusutan. Misalkan untuk tahun 2005, perusahaan menyusutkan mesin sebesar Rp 5.000, maka jurnal yang dibuat adalah:
Tgl.
Akun
Debet
Kredit
2005
Des 31

Beban Penyusutan
       Akumulasi Penyusutan

5.000



5.000
           
Karena setiap akhir tahun ada penyusutan, maka perkiraan Akumulasi Penyusutan akan selalu bertambah sepanjang masa manfaat aktiva.
Depresiasi bukanlah teknik untuk menilai aktiva tetap dan dengan melakukan depresiasi tidaklah otomatis perusahaan menyisihkan uang untuk membeli aktiva tetap.
Faktor-faktor yang mempengaruhi depresiasi adalah:
    1. cost dari aktiva tetap,
    2. umur ekonomis aktiva tetap,
    3. nilai residu, dan
    4. pola penggunaan aktiva tetap.

G.   METODE DEPRESIASI
Terdapat beberapa metode depresiasi, yaitu:
    • Metode Garis Lurus
    • Metode Saldo Menurun
    • Metode Jumlah Angka Tahun
    • Metode Unit Input
    • Metode Unit Output
  1. Metode Garis Lurus
Dengan metode ini penyusutan tahunan dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu:
1)    (cost-nilai residu) : umur
Misalkan nilai sebuah peralatan yang diperoleh tahun 2005 senilai Rp 16.000.000,00 dan masa manfaat ditentukan 5 tahun dengan nilai sisa Rp 1.000.000,00, besarnya penyusutan tahun 2006 dapat dihitung sebagai berikut: (16.000.000-1.000.000)/5 = Rp 3.000.000,00.
2)    Ditentukan % penyusutan, kemudian penyusutan tahunan diperoleh dengan cara mengalikan % tersebut dengan cost yang disusutkan sebagai berikut:
(a)  Prosentase penyusutan tahunan = 100% : umur, jadi = 100% : 5 = 20%.
(b)  Dihitung penyusutan = 20% x (16.000.000 – 1.000.000) = Rp 3.000.000,00.
2. Metode Saldo Menurun
Pertama, tentukan prosentase penyusutan, biasanya dua kali prosentase penyusutan metode garis lurus. Dengan demikian jika ada mesin umurnya 5 tahun, maka tarif/prosentase penyusutan tahunannya adalah 2 x 100% : 5 = 40%.
Setelah itu ditentukan nilai buku pada awal tahun. Nilai buku adalah saldo rekening aktiva tetap dikurangi dengan saldo rekening akumulasi penyusutan. Untuk tahun pembelian, karena akumulasi penyusutannya belum ada, maka nilai bukunya adalah sebesar harga perolehannya.
Selanjutnya besarnya penyusutan satu tahun dihitung dengan cara mengalikan % penyusutan dengan nilai buku. Misalkan ada sebuah mesin dibeli tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp 16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan selama 5 tahun. Penyusutan tahun 2001, 2002, dan 2003 dapat dihitung sebagai berikut:
Tarif/prosentase penyusutan            = 2 x (100% : 5) = 40%
Penyusutan tahun 2001                     = 40% x Nilai Buku
                                                                = 40% x Rp 16.000.000
                                                                = Rp 6.400.000
Penyusutan tahun 2002                     = 40% x Nilai buku awal tahun 2002
                                                                = 40% x (Rp 16.000.000 – Rp 6.400.000)
                                                                = Rp 3.840.000
Penyusutan tahun 2003                     = 40% x Nilai buku awal tahun 2003
                                                                = 40% x (16.000.000 –6.400.000 – 3.840.000)
                                                                = Rp 2.304.000
Penyusutan tahunan dapat dicari dengan rumus lain yaitu menentukan Nilai Buku pada akhir tahun ke-n = cost x (1 – tarip)n
                                             = Rp 16.000.000 x (1 – 0,4) n
Nilai buku akhir tahun ke-3  = Rp 16.000.000 x   (1 – 0,4) 3
                                             = Rp 16.000.000 x 0,216
                                             = Rp 3.456.000,00.
Penyusutan tahun 2004 adalah 40% x Rp 3.456.000 = Rp 1.282.600,00.
  1. Metode Jumlah Angka-angka Tahun
Alokasi cost aktiva tetap dilakukan berdasarkan angka tahun penggunaan. Jika umur aktiva tetap adalah 5 tahun, maka tahun penggunaannya adalah tahun ke 1,2,3,4,5. Jumlah dari angka-angka tersebut akan dijadikan penyebut. Sementara itu pembilangnya adalah sisa umur dari masing awal tahun penggunaan. Pada awal penggunaan sisa umurnya masih lima tahun, oleh karenanya pembilangnya adalah 5. Setelah digunakan 1 tahun, maka pada awal tahun kedua sisa umurnya adalah empat tahun sehingga pembilangnya adalah 4. Demikian seterusnya untuk tahun ketiga, keempat, dan seterusnya.
Misalkan ada sebuah mesin dibeli tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp 16.000.000 ditaksir masa manfaat 5 tahun dengan nilai residu Rp 1.000.000. Penyusutan tahun 2001, 2002, 2003, 2004, dan 2005 dapat dihitung sebagai berikut:
Tahun ke
Perhitungan
Jumlah
1
5/15 (16.000.000 – 1.000.000)
5.000.000
2
4/15 (16.000.000 – 1.000.000)
4.000.000
3
3/15 (16.000.000 – 1.000.000)
3.000.000
4
2/15 (16.000.000 – 1.000.000)
2.000.000
5
1/15 (16.000.000 – 1.000.000)
1.000.000

  1. Metode Unit Input
Alokasi cost aktiva tetap ke beban penyusutan tahunan digunakan jumlah input yang dikeluarkan (misalnya jam mesin) dalam suatu tahun dibandingkan dengan taksiran input (jam mesin) yang harus dikeluarkan sampai aktiva tetap tersebut diafkir. Misalkan sebuah mesin dibeli pada tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp 16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan selama 100.000 jam dengan nilai residu Rp 1.000.000. Selama tahun 2001 digunakan selama 5.000 jam, maka penyusutan tahun 2001 adalah:
(5.000/100.000) x (Rp 16.000.000 – Rp 1.000.000) = Rp 750.000

5.   Metode Unit Output (Hasil)
Alokasi cost aktiva ke beban penyusutan tahunan menggunakan jumlah produk yang dihasilkan dalam suatu tahun dibandingkan dengan taksiran output (jumlah produk) yang akan dihasilkan sampai aktiva tetap tersebut diafkir. Misalkan sebuah mesin dibeli pada tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp 16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan untuk membuat produk sebanyak 200.000 unit dengan nilai residu Rp 1.000.000. Selama tahun 2001 digunakan selama 20.000 unit maka penyusutan tahun 2001 adalah:
                        (20.000/200.000) x (Rp 16.000.000 – Rp 1.000.000) = Rp 1.500.000

H.   PENGAFKIRAN AKTIVA TETAP
Aktiva kadangkala dibuang karena sudah tidak digunakan lagi, misalkan sebuah mesin yang harga belinya Rp 6.000.000,00 sampai tanggal 1 Januari 2000 sudah disusutkan sebesar Rp 4.750.000,00. Penyusutan tahunannya Rp 600.000,00. Pada tanggal 24 Maret 2001 dibuang. Jurnal yang dibuat adalah:
  1. Menyusutkan untuk tahun 2001
Tgl.
Akun
Debet
Kredit
2001
Mar 24

Beban Penyusutan Mesin
       Akumulasi Penyusutan Mesin

150.000



150.000


  1. Membuang aktiva tetap
Tgl.
Akun
Debet
Kredit
2001
Mar 24

Akumulasi Penyusutan Mesin
Kerugian Penghentian Mesin
       Aktiva Tetap

4.900.000
1.100.000



6.000.000


I.      PENJUALAN AKTIVA TETAP
Sebuah mesin yang costnya Rp 10.000.000 dan sampai dengan tanggal 31 Desember 2000 telah disusutkan sebesar Rp 7.750.000, pada tanggal 2 Januari 2001 dijual. Buat jurnal jika harga jualnya adalah:
    1. Rp 2.250.000,00  
    2. Rp 1.000.000,00
    3. Rp 3.000.000,00

No.

Keterangan
Dijual dengan harga
2.250.000
1.000.000
3.000.000
1
Cost aktiva tetap
10.000.000
10.000.000
10.000.000
2
Akumulasi penyusutan s.d saat penjualan
7.750.000
7.750.000
7.750.000
3
Nilai buku saat penjualan
2.250.000
2.250.000
2.250.000
4
Harga jual
2.250.000
1.000.000
3.000.000
5
Laba (rugi) (4 – 3)
0
(1.250.000)
750.000

            Jurnal:
  1. Dijual dengan harga Rp 2.250.000,00

Tgl.
Akun
Debet
Kredit
2000
Jan  2

Kas
Akumulasi Penyusutan
       Aktiva Tetap

2.250.000
7.750.000



10.000.000


  1. Dijual dengan harga Rp 1.000.000
Tgl.
Akun
Debet
Kredit
2000
Jan  2

Kas
Akumulasi Penyusutan
Kerugian Penjualan Aktiva Tetap
       Aktiva Tetap

2.250.000
7.750.000
1.250.000




10.000.000

  1. Dijual dengan harga Rp 3.000.000
Tgl.
Akun
Debet
Kredit
2000
Jan  2

Kas
Akumulasi Penyusutan
       Laba Penjualan Aktiva Tetap
       Aktiva Tetap

3.000.000
7.750.000




750.000
10.000.000


J.    PERTUKARAN AKTIVA TETAP
Menurut paragraf 20 PSAK No. 16 suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atau pertukaran sebagian untuk suatu aktiva tetap yang tidak serupa  atau aktiva lain. Biaya dari pos semacam ini diukur pada nilai wajar aktiva yang dilepaskan atau yang diperoleh yang mana yang lebih andal, equivalent dengan nilai wajar aktiva yang dilepaskan setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang ditransfer. Dengan demikian pertukaran aktiva tidak sejenis dapat mengakibatkan adanya laba atau rugi.
Menurut paragraf 21 PSAK No. 16 suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atas suatu aktiva yang serupa yang memiliki manfaat yang serupa dalam bidang usaha yang sama dan memiliki nilai wajar yang serupa. Jika aktiva lain seperti kas sebagai bagian dari transaksi pertukaran, ini dapat mengindikasikan bahwa pos yang dipertukarkan tidak memiliki suatu nilai yang serupa. Berdasarkan paragraf 46 PSAK No. 16, pertukaran aktiva tetap seperti disebutkan pada paragraf 21, biaya aktiva yang diperoleh sama dengan jumlah tercatat aktiva yang dilepaskan dan tidak ada keuntungan atau kerugian yang dihasilkan.
1.   Pertukaran Aktiva Tak Sejenis
Sebuah mesin dengan cost Rp 4.000.000,00 yang telah disusutkan Rp 3.200.000,00 ditukar dengan mesin baru tidak sejenis yang harga pasarnya adalah Rp 5.000.000,00. Perusahaan harus membayar uang Rp 3,900.000,00. Jurnalnya:
Tgl.
Akun
Debet
Kredit

Mesin (baru)
Akumulasi Penyusutan
       Mesin (lama)
       Kas
       Laba Penukaran Aktiva Tetap
5.000.000
3.200.000



4.000.000
3.900.000
300.000

  1. Pertukaran Aktiva Sejenis
Sebuah mesin dengan cost Rp 7.000.000 yang telah disusutkan Rp 4.600.000 ditukar dengan mesin baru sejenis yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang bergerak pada usaha yang sama. Jurnalnya:
Tgl.
Akun
Debet
Kredit

Mesin (baru)
Akumulasi Penyusutan
       Mesin (lama)
2.400.000
4.600.000



7.000.000

Jumlah sebesar Rp 2.400.000,00 yang dicatat sebagai harga mesin baru merupakan nilai buku mesin yang diserahkan yaitu harga beli Rp 7.000.000,00 dikurangi dengan akumulasi penyusutan Rp 4.600.000,00.

1 komentar: